Aku Ada untuk Kalian
Oleh: Ilisya P. Indrasari
Kenalkan, aku bumi. Aku ada karna
diciptakan. Aku tau, sejak awal aku ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan dan
kehidupan makhluk yang paling sempurna, manusia. Aku berharap besar pada
manusia. Awalnya aku biasa saja, dengan manusia aku menjadi lebih berarti.
Tanahku banyak yang diolah menjadi pesawahan, perkebunan, ladang, dan
memberikan manfaat banyak bagi manusia. Sungaiku dijaga, karena mereka juga
membutuhkan air sungaiku yang jernih dan juga makhluk yang hidup didalamnya.
Lautku biru, mereka selalu senang menatap lautku. Mereka jaga lautku, karena
mereka butuh lautku, ikanku, garamku. Tanahku subur, semakin subur dengan
diolah secara alami. Aku mencintai mereka, merekapun mencintaiku.
Tidaaakkkk…
Kenapa aku…???
Lautku…, sungaiku…, tanahku …,
pohonku..., hewanku…, udaraku…???
Aku sakit… aku dikhianati…
Mengapa setelah ratusan tahun aku
menemani, mereka malah mengkhianatiku, menyakitiku…
Lihatlah sungaiku kini... Apakah
kalian tidak mempedulikan sungaiku lagi...?
Bukankah airnya bermanfaat untuk
kalian… airnya selalu kalian gunakan untuk Pelepas dahaga… airnya kalian
gunakan untuk mengairi pesawahan dan ladang … ikanku dulu sering kalian ambil
untuk dimakan…
Tidaaakkkk… Aku kini tidak dapat
melihat batu-batuan dalam sungaiku… dasar pasir yang lembut… Ikan ku yang
berenang lincah… kemana semuanya... Aku tak melihatnya...
Semua tertutup oleh sampah... Air
sungaiku kini coklat… bahkan hitam… bagaimana sungaiku bisa bermanfaat lagi
untuk kalian…
Kalian tau… sungaiku rindu dengan
tawa renyah kalian ketika bermain di airnya yang bening… senyum senang kalian
mendapatkan ikan… obrolan ringan kalian ketika
mengambil airnya… Sungaiku rindu dengan wajah bahagia ketika menatapnya…
Kini aku tak pernah menemukan itu semua… yang ada adalah tatapan jijik ketika
menatap sungaiku… Ingin segera menjauh ketika melewatinya… apa salahku…!!!
Jangan… Tolong jangan kalian
tumpahkan barang-barang menjijik ka itu kepada sungaiku … sungaiku sulit
bernafas kini…
Lihatlah lautku… Kalian pernah
meninggalkaku dalam keadaan hitam berjelaga… lihatlah burung-burung itu… mereka
terperangkap, tak dapat terbang , sampai akhirnya mati kelaparan, tanpa aku
bisa melakukan apa-apa, bahkan hewan-hewanku banyak yang terperangkap oleh
sampahmu. Hewan-hewanku banyak yang teracuni oleh sampahmu. Jika kalian pergi
ke muara-muara pulau-pulau kecilku, kalian akan menemukan pulau-pulau baru, pulau
sampah. Terumbu karangku yang indah,
semakin terkikis, akibat sampahmu, dan juga tanga-tangan jail yang mengambil
secara tidak bertanggung jawab.
Kemana hutan bakau ku? Mengapa tahun
demi tahun, aku semakin sulit menemukannya? Alih-alih kudapatkan hutan bakau, gedung-gedung
tinggi berdiri di area bakau ku. Apakah
kalian tau, jika hutan bakauku hilang, maka ombakku akan dengan mudah mengikis
tanah dan menghabiskan bangunan-bangunan kalian.
Pantaiku tak seindah dulu. Hamparan
pasir putih yang indah, tergantikan oleh hamparan sampah.
Tanahku tak sesubur dan sesehat dulu.
Ketika biji dan akar tanaman masuk kedalam tanahku, mereka leluasa menyerap
nutrisi dari tanahku, tanpa harus mencari sana sini. Tapi itu dulu. Sekarang,
tanahku tak sanggup mensuplai nutrisi secara cukup untuk biji dan akar tanaman,
sampai-sampai mau tak mau, zat kimia beracun pun diserap oleh mereka karena kekurangan
nutrisi.
Entah kenapa tanahku lemah saat ini.
Entah kapan awalnya tanahku menjadi miskin nutrisi. Apakah sejak bahan-bahan
kimia yang manusia sebut sebagai pupuk itu, masuk ke dalam tubuhku, yang
katanya mampu menambah nutrisi tanahku. Tidak kawan, justru sebaliknya,
bahan-bahan kimia itu membuat tanahku semakin miskin nutrisi, tanahku menjadi
keras, tidak mampu menyerap banyak air karena strukturnya sudah rusak.
Kalian tau, kalian menyiksa tanahku ketika
kalian masukkan bahan-bahan kimia kedalamnya. Tanahku menangis, tanamannya
menangis. Nutrisi tanaman berkurang, karena nurisi tanah berkurang.
Tanahku merindukan bau jerami busuk
yang manusia tenggelamkan kedalamnya, bau kotoran sapi dan kerbau yang sengaja
atau tidak sengaja dicampurkan dengan tanahku. Itu membuat tanahku hidup.
Sampah yang kalian buang sembarangan
ke tanahku, sampah yang kalian bakar di atas tanahku, limbah detergen yang
teralirkan ke tanahku, bahkan limbah pabrik yang merembes ke dalam tanahku, itu
semua membuat tanahku sakit, sekarat…
Tak bisa lagi anak-anak bebas
bermain di atas tanahku tanpa alas kaki. Dulu meraka sehat jika kaki-kaki kecil
mereka berlarian di tanahku tanpa alas kaki. Sekarang sebaliknya, kaki-kaki
mungil itu harus beralas sandal, jika tidak mereka akan sakit.
Aku mencoba menyelusur udaraku,
bersih, segar…. Sulit dicari kini… aku harus masuk ke pelosok negeri, baru aku
bisa puas menghirup udaraku yang bersih, itupun tak sesegar dulu.
Pabrik-pabrik itu,
kendaraan-kendaraan itu, udaraku menjadi tercemar karenanya. Tahukah kalian,
semakin banyak kendaraan berbahan bakar fosil yang kalian beli, semakin kalian
membuat diri kalian menjauh dari udara bersih. Semakin banyak pabrik-pabrik
penghasil asap, semakin kalian meracuni diri kalian.
Sadarlah kawan, kalian tidak mungkin
tidak bernafas, maka kalian tidak mungkin tidak membutuhkan udara. Jika udara
semakin kotor karena keegoisan kalian, apa yang akan terjadi dengan nafas kalian?
Bahan bakar fosil bukan satu-satunya
bahan bakar yang dapat menghidupi kalian. Masih banyak alternative bahan bakar lain yang
dapat bersahabat dengan udaraku. Aku tau, kalian tidak mungkin dapat
beraktivitas tanpa bahan bakar.
Alamku kaya kawan. Bukan hanya minyak
yang kumiliki. Aku punya pohon, matahari sahabat dekatku, aku punya air, angin,
mereka semua siap kalian berdayakan dengan bijak, diantaranya diolah menjadi
bahan bakar yang bersahabat.
Pohonku… hutanku… tak serimbun dulu.
Gedung-gedung tinggi menggantikan hutanku, perumahan-perumahan menggantikan
pohonku, jalan-jalan aspal menggantikan gunung dan bukitku.
Jangan kalian habiskan pohonku,
jangan kalian habiskan hutanku. Jika kalian masih membutuhkan pohonku, maka
gunakanlah pohonku dengan bijak. Tanamlah bibit pohonku, ketika kalian ingin
mengambil pohonku.
Pohonku, hutanku, penyedia oksigen
bagi kalian. Mereka hilang, oksigen tidak ada. Mereka hilang, karbondioksida
hasil pembakaran bahan bakar fosil dan hasil respirasi kalian, akan terus meningkat
dan mencemari udara, bahkan menyebabkan peningkatan suhu global.
Aku panas kini, suhuku semakin
meningkat…
Aku sudah tua, dan akan semakin tua…
Aku sayang kalian… dan aku juga
yakin, kalian menyayangiku…
Aku berharap besar kepada kalian,
karena aku yakin, kalian penjagaku…
Aku mohon kawan, jangan biarkan
alamku memperbaiki sendiri…
Bencana alam yang terjadi, mungkin
tidak hanya bentuk protesku, tapi itu menjadi salah satu caraku untuk
memperbaiki diri…
Aku mohon kawan, aku percaya, masih
banyak diantara kalian yang peduli terhadapku…
Aku mohon kawan, jagalah aku,
perbaikilah aku. Jangan sampai alamku menjalankan caranya sendiri untuk
memperbaiki diri.
Aku bumi, aku ada untuk kalian.
Komentar
Posting Komentar