Oleh: Ilisya P. Indrasari
Pendidikan dalam Islam memiliki
beberapa istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim,
ta’dib, dan riyadhoh.
Masing-masing istilah memiliki keunikan makna tersendiri dan memberikan warna
tersendiri dalam pendidikan.
Pendidikan dalam istilah tarbiyah
memiliki beberapa kata kunci. Pertama, mengembangkan (‘insya), yaitu pendidikan dipandang menumbuhkan, mengembangkan,
dan mengaktualisasikan potensi peserta didik. Kedua, sesuatu (al-syay’), yaitu potensi dasar manusia
yang dikembangkan sehingga berbuah pada al-‘amal
(prilaku). Ketiga, tahap demi tahap (halan
fa halan), yaitu proses aktualisasi potensi (satu dan dua) dilakukan secara
bertahap agar peserta didik tidak merasa tertekan atau dijajah oleh
pendidiknya. Keempat, sampai pada batas kesempurnaan (ila hadd al-tamam), yaitu diperlukan waktu yang lama sehingga
seluruh potensinya benar-benar teraktual secara maksimal. Kelima, sebatas pada
kesanggupannya (bi hasbi isti’dadihi),
yaitu pendidik harus mengetahui tingkat peserta didik, baik dari usia, kondisi
fisik, psikis, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Asumsinya, bahwa peserta didik
lahir dengan potensi unik yan berbeda-beda. Semua potensi masih bersifat
potensial untuk diaktualisasikan melalui usaha pendidikan. Tugas pendidikan
hanya menumbuhkan, mengembangkan, mengaktualisasikan berbagai potensi peserta
didik. Tidak perlu mencetak peserta didik menjadi ini dan itu, cukup
menumbuhkan daya, cita, rasa, dan karsanya, tanpa mengubah potensi dasarnya(1).
Pendidikan dalam istilah ta’lim lebih mengarah pada aspek
kognitif. Muhammad Rasyid Ridha(2) mengartikan ta’lim dengan “proses transimisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu”, proses transmisi
ini dilakukan secara bertahap. Hal ini disarkan pada QS. Al-Baqarah ayat 31.
Selain itu menurut Muhaimin(3), ta’lim
mencakup teoritis dan praktis, serta mengajarkan dengan al-hikmah (bijaksana).
Pengertian ini didasarkan pada QS. Al-Baqarah ayat 151.
Pendidikan dalam istilah ta’dib, diterjemahkan dengan pendidikan
sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Artinya
orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadapan, sebaliknya, peradaban
yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan. Ta’dib terbagi menjadi
empat macam(4): (1) ta’dib
adab al haqq, tata krama spiritual dalam kebenaran. (2) ta’dib adab al hikmah, tata krama
spiritual dalam pengabdian seorang hamba kepada Sang Khaliq. (3) ta’dib adab al syar’iyah, pendidikan
tata krama spiritual dalam syari’ah.
(4) ta’dib adab al shubhah,
pendidikan tata ktama spiritual dalam persahabatan.
Pendidikan dalam istilah riyadhah, diartikan sebagai pengajaran
dan pelatihan(5). Riyadhah
dibagi menjadi dua macam, yaitu riyadhah
al-jism dan riyadhah al-nafs. Riyadhah al-jism, pendidikan olahraga
yang bertujuan untuk kesehatan jasmani manusia. Riyadhah al-nafs, pendidikan olah batin (jiwa) yang dilakukan
melalui olah hati dan olah fikir yang bertujuan memperoleh kesadaran dan
kualitas rohani.
Sebagai seorang pendidik muslim,
keempat makna pendidikan islam ini harus kita pahami secara utuh dan
diaktualisasikan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya oleh pendidik yang
mengajarkan mata pelajaran agama, tetapi juga mata pelajaran lainnya seperti
rumpun bahasa, IPA, dan IPS. Pendidik muslim harus menyadari bahwa pada
dasarnya semua ilmu adalah ilmu Allah, sehingga seluruh pendidik muslim pada
hakikatnya adalah pendidik agama (guru agama), yang mengajarkan islam melalui
biologi, ekonomi, bahasa indonesia, dan sebagainya.
Tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhoh dapat dijadikan acuan bagi
pendidik dalam menyusun rencana proses pembelajaran yang tentunya akan
diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Tarbiyah, bersifat secara keseluruhan dalam proses pendidikan,
dimana peserta didik tidak untuk dipaksakan dalam pengembangan potensinya. Jika
peserta didik lebih berpotensi dalam bidang seni, teater dan musik misalnya,
maka tidak bijak bagi pendidik untuk memaksakan peserta didik juga meraih nilai
yang tinggi di fisika dan matematika. Biarkan peserta didik mengembangkan
potensinya, dengan tetap memberikan pemahaman mengenai fisika dan matematika,
karena ilmu pasti akan berguna, minimal dalam mengembangkan pola pikirnya.
Selain itu tarbiyah menekankan kebertahapan dalam pendidikan. Jika dilihat dari
materi pelajaran yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran, harus
bertahap dan bekesinambungan, dilihat dari tingkat usia.
Ta’lim adalah hal yang pada umumnya dilakukan dalam proses
pembelajaran dikelas. Lebih ditekankan kepada ranah kognitif peserta didik.
Menjadikan peserta didik dari tidak tau menjadi tau, dari tidak paham menjadi
paham. Proses ini pun dilakukan secara bertahap, sesuai dengan tingkat berfikir
peserta didik.
Ta’dib, lebih kepada pengembangan moral, akhlak, adab, budi
pekerti. Pendidikan moral dan budi pekerti menjadi fokus pendidikan saat ini,
karena terbukti bahwa moral dan budi pekerti yang luhur yang akan menjadikan
sebuah bangsa maju dan mandiri, tidak hanya dilihat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ketika moral masyarakat hancur, maka bangsa pun akan
hancur. Dalam Islam, pendidikan moral dan budi pekerti sudah lebih dahulu
ditekankan. Akhlaqul karimah merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan
Islam, dengan menjadikan Rosulullah SAW sebagai uswah hasanah (teladan yang baik). Olehkarenanya, dalam setiap
proses pembelajaran, hendaknya seorang pendidik memiliki target capaian akhlak
yang ingin ditanamkan kepada peserta didik, sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu. Sebagai contoh dalam biologi, materi sistem pencernaan, diharapkan
peserta didik dapat mencontoh akhlak Rosulullah terhadap makanan, diantaranya
tidak mencela makanan, selalu berdo’a sebelum dan sesudah makan, dan
sebagainya. Pada pelajaran matematika, ketika siswa mempelajari deret ukur,
maka siswa juga ditekankan tentang sabar dalam antrian, karena dalam deret
ukur, nomor lima tidak bisa mendahului
nomor satu.
Riyadhoh, erat kaitannya dengan capaian akhlak pada mata pelajaran
tersebut. Seperti dicontohkan sebelumnya, dalam mata pelajaran Biologi sistem
pencernaan, riyadhoh yang dilakukan adalah mengikuti pola makan Rosulullah saw. Sehingga tentunya harus
diketahui bagaimana sunnah Rosulullah dalam cara makan dan pola makan. Peserta
didik diminta melakukannya selama 40 hari, sebagai riyadhoh al-jism. Berdasarkan teori psikologi, sesuatu yang
dilakukan selama 40 hari berturut-turut tanpa henti, maka akan menjadi kebiasaan
(habbit).
Penerapan makna pendidikan Islam yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhoh dalam proses pembelajaran,
diharapkan akan menghasilkan output siswa yang memiliki kemampuan secara menyeluruh,
dimana potensi akal, jasmani, dan ruhiyahnya dapat teroptimalkan. Wawlahu’alam bisawab.
Daftar Pustaka
(1)
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008).
(2)
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Kairo: Dar al-Manar, 1373 H).
(3)
Muhaimin, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,
(Jakarta: Rajawali Press, 2005).
(4)
Bandingkan: Amatullah Amstrong, Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia
asawuf, terj. MS Nasrullah, judul asli: Sufi
Terminology (al-Qamus al-Sufi): The Mystical Language of Islam, (Bandung:
Mizan, 1998).
(5)
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: YP3A, 1973).
Komentar
Posting Komentar